Mengayomi dengan Solusi, Frasa Bijak Rasa Basa-basi
Di negeri +62, kita sering menemukan kata-kata indah yang terdengar seperti janji, tapi sebenarnya adalah penundaan yang diformat rapi. Salah satunya: “Kami akan mengayomi dengan solusi.”
Secara harfiah, mengayomi berarti melindungi, menaungi, memberi rasa aman. Tapi, dalam praktik birokrasi modern, mengayomi kadang artinya:
“Kami tahu masalahmu, tapi belum tentu kami bisa bantu… tapi percayalah, kami hadir secara spiritual.”
“Akan ditindaklanjuti, Pak.”
Contoh:
- Warga: “Pak, jalan rusak sudah 5 tahun. Mobil jadi oleng terus.”
- Pejabat: “Tenang, kami akan mengayomi dengan solusi.”
- Guru: “Pak, gaji honorer saya belum cair 3 bulan.”
- Atasan: “Kami sedang menyusun langkah-langkah mengayomi dengan solusi terbaik.”
Ujung-ujungnya, yang dapat solusi justru yang sudah viral di media sosial. Jadi jangan lupa, bagian dari solusi di zaman sekarang adalah… rekam video sambil nangis di TikTok.
Mari bantu pemerintah (dan netizen budiman) untuk membuat frasa ini lebih jujur:
- “Kami akan menampung keluhanmu, tapi prioritas tetap infrastruktur yang fotonya bagus.”
- “Kami turut prihatin, semoga solusinya muncul di anggaran tahun depan.”
- “Kami sudah aware, cuma belum terlalu peduli.”
Karena masyarakat hari ini sudah lebih kritis. Kita sudah bisa bedakan mana ucapan dan mana tindakan. Kita bukan sekadar butuh pemanis kata, kita butuh permen nyata.
Kami tidak minta pemimpin yang selalu tersenyum, kami minta pemimpin yang bisa bilang:
“Oke, besok alat berat kami kirim. Beresin jalan dulu, biar nggak ada yang jatuh lagi.”
Itu namanya mengayomi dengan solusi. Bukan cuma hadir saat kamera nyala.
Post a Comment