Lowongan Kerja: Siapa Cepat, Dia Dapat… Kalau Punya Bapak Pangkat
Sudah kirim CV ke 40 perusahaan.
Sudah ikut 10 webinar “Cara Lolos HRD”.
Sudah buat LinkedIn sampai isinya bijak semua.
Tapi, lamar kerja masih kayak mantan: nggak ada kabar.
Sementara itu, si Fulan baru lulus, upload foto wisuda aja belum, eh…
“Alhamdulillah diterima di BUMN. Bismillah belajar dari nol.”
Nol apanya, Bang? Nol jawaban pas ditanya “punya siapa?”
Zaman dulu, orangtua bangga kalau anaknya dapat kerja dari hasil usaha sendiri.
Sekarang, orang dalam lebih efektif dari IPK cumlaude.
Kalau kamu gak punya skill, tenang, asal punya ayah yang skillful di pemerintahan.
“Tenang, yang penting kamu masuk dulu, nanti belajar di jalan.”– Petuah HRD pada anak pejabat.
Yang lain? Belajar di jalan juga. Tapi beneran di jalan, sambil jadi ojek freelance.
Sering lihat postingan job vacancy begini?
“Kami membuka kesempatan kerja untuk putra-putri terbaik bangsa…”
Lalu seminggu kemudian:
“Kami sudah menemukan kandidat yang tepat.”(Padahal belum sempat kamu buka PDF-nya)
Gimana bisa cepat? Ya karena sudah ditandai sejak pengumuman dibikin.
Kalau lowongan kerja ibarat pengumuman rumah disewakan, ini tuh kasusnya rumah udah ditempati duluan, tapi papan ‘Disewakan’ masih dipajang biar formalitas.
💼 Proses Seleksi? Lebih Seru Dari Liga Champions
-
Kirim CV
-
Lolos seleksi administratif
-
Interview
-
Tes tulis
-
Interview lagi
-
Tes psikologi
-
Tes kesehatan
-
Interview user
-
Masuk waiting list
-
Kalah dari anak jenderal
Dan kamu masih nanya kenapa anak muda banyak yang jualan di TikTok?
Dulu, masuk lewat orang dalam disebut “kasus.”
Sekarang, disebut “jalur tidak formal.”
Bukan pelanggaran, tapi strategi.
Lebih ironisnya lagi, kadang jalur belakang lebih lancar daripada lamaran resmi.
Mau protes? Hati-hati. Bisa-bisa kamu dibilang “gak ngerti dinamika organisasi.”
Perusahaan:
"Kami mencari kandidat dengan pengalaman, komunikasi yang baik, teamwork, dan loyalitas tinggi."
Yang diterima:
Anak Pak Direktur.
Pengalaman? Pernah ikut lomba menyanyi saat 17 Agustus.
Teamwork? Pernah main futsal bareng anak komisaris.
Loyal? Pasti. Loyal pada jalur keluarga.
🧘♀️ Jadi, Haruskah Kita Putus Asa?
Tentu tidak.
Karena selain jalur privilege, masih ada jalur berdarah-darah.
Masih ada ruang untuk orang jujur, rajin, dan gigih.
Walau ruangnya kecil.
Semacam celah pintu yang cuma bisa dimasuki kalau kamu melipat badan seperti origami.
✊ Apa Solusinya?
- Transparansi rekrutmen
- Hapus praktik titip-menitip
- Bikin jalur afirmatif buat pelamar umum
- Dan, tentu saja, stop menjadikan lowongan kerja sebagai warisan keluarga
Karena negeri ini tidak bisa dibangun oleh mereka yang masuk kantor karena koneksi.
Tapi oleh mereka yang masuk karena kompetensi.
Dan kalau kamu adalah salah satu pejuang CV yang masih percaya pada proses,
semangat terus.
Jangan biarkan anak pejabat dapat segalanya, termasuk semangatmu.
Post a Comment